Kamis, 05 Juli 2012

Syarah Kitab Tauhid Bagian 2

Oleh Maktabah Manhaj Salaf dan Ismail Saepudin di Salaf on facebook

--------oOo--------

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ


==============
Kedua: Tauhid Uluhiyah [1]
==============
Tauhid ini dikatakan pula Tauhid Ibadah dengan dua pertimbangan:

1. Pertama: karena penisbatannya kepada Allah yang dinamakan dengan Tauhid Uluhiyah (Mengesakan Ketuhanan)

2. Kedua: karena penisbatannya kepada makhluk yang dinamakan dengan Tauhid Ibadah (Mengesakan Peribadahan)

Yang mana maksudnya adalah mengesakan Allah dalam ibadah, maka yang berhak diibadahi hanya Allah (semata).

Firman-Nya:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Luqman: 30)

Istilah Ibadah dapat diperuntukan bagi dua hal:

الأول: التعبد فهي بمعنى التذ لل للَّه عز وجل بفعل أوامره واجتنبا نواهيه محبة وتعظيمًا

Pertama: At-Ta'abudu yang berarti ketundukan kepada Allah 'azza wa jalla dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya karena rasa cinta dan pengagungan.

الثاني: المتعبد به فمعناها كما قال شيخ الْإسلام ابن تيمية رحمه اللَّه: اسم جامع لكل مايحبه اللَّه و يرضاه من الأقوال والأ عمال الظاهرة والبا طنة

Kedua: Al-Muta'abadu bihi artinya sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: “Nama yang mencakup apa pun yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan dan perkataan yang zahir maupun batin.”

Semisal: Shalat, Pelaksanaannya adalah Ibadah dan juga ketundukan (التعبد )Shalat itu sendiri merupakan ibadah dan juga (المتعبد به )

Pengesaan Allah dengan Tauhid ini:
Hendaklah engkau menjadi hamba bagi Allah saja, (yang) mengesakan-Nya dalam kecintaan dan pengagungan --[[ dan dalam ketundukan serta beribadah kepada-Nya dengan sesuatu yang disyariatkan-Nya]]--

Firman-Nya:

لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولًا

Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (Al-Israa': 22)

Dan Firman-Nya:الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)Bahwa Dia (Allah) disifati sebagai Rabb semesta alam, seperti pemberian alasan tentang ketetapan Uluhiyah bagi-Nya, Dia-lah ilah (Tuhan) karena Dia Rabb semesta alam.

Dan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 21)

Dengan demikian Yang diesakan dalam penciptaan adalah yang berhak diibadahi (disembah), karena suatu kebodohan jika engkau menjadikan makhluk (yang diciptakan) yang baru dan fana sebagai ilah (Tuhan) yang engkau sembah.

Pada hakikatnya ia (yang disembah selain Allah,-pen) tidak memberikan manfaat apapun untukmu, tidak pula mampu mengadakan, tidak pula menyiapkan dan tidak pula mampu mengulurkan.


Maka diantara kebodohan pula jikalau engkau menghampiri kuburan manusia yang sisa tulang-belulang, lalu engkau berdoa dan menyembahnya. Padahal dia (si mayit) mengharapkan doa anda, dan engkau bukannya meminta doa darinya, sebab dia (si mayit) tidak berkuasa atas dirinya sendiri untuk memberikan manfaat dan tidak bisa menghilangkan mudharat, maka bagaimana mungkin dia berkuasa melakukannya untuk orang lain ?!!

Dan seandainya ada manusia yang paling mulia disisi Allah maka dia adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

Firman-Nya:

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.”(Al-Baqarah: 130)

Dan banyak yang kufur dalam jenis tauhid ini serta pada umumnya makhluk mengingkarinya dengan keras oleh karenanya Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab (kepada mereka).

Firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiya: 25)

Meskipun demikian orang-orang yang mengikuti para Rasul ini hanya sedikit, sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

فَرَ أَيْتَ النَّبِيَّ وَ مَعَهُ الرَّهْطُ وَالنَّبِيَّ وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ

“Maka kulihat seorang nabi beserta segolongan orang, ada nabi beserta satu atau dua orang dan ada nabi yang tak seorang pun besertanya.” [2]

PERINGATAN:
Yang mengherankan bahwa kebanyakan penulis dalam ilmu Tauhid dari kalangan Muta`akhirin hanya memfokuskan pada Tauhid Rububiyah, seakan-akan mereka sedang berbicara dengan kaum yang mengingkari wujud Rabb - meskipun memang ada yang mengingkari-Nya - Tetapi betapa banyak orang-orang muslim pada yang terjerumus di dalam syirik Ibadah.

Oleh karena itu harus ada perhatian yang lebih fokus kepada jenis Tauhid (uluhiyah) ini, sehingga kita dapat mengeluarkan orang-orang muslimin yang berkata:“Bahwasanya mereka orang-orang Muslim, padahal mereka itu musyrik, dan mereka tidak mengetahuinya.


[Alhamdulillah, Risalah bag.2 ini telah selesai disusun oleh Tim Maktabah Manhaj Salaf pada hari Selasa, 6 Sya'ban 1433 H / 26 Juni 2012 (07:55 WIB), Tangerang]

______________________________
1. Disalin dari kitab Al-Qaulul Mufid 'Ala Kitabit Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Juz I, hal. 9-11 Cet. Daar al-'Ashimah

2. Dari hadits Ibnu 'Abbas, ditakhrij oleh Al-Bukhari - kitab Ath-Thibb / Bab Man Iktawa Au Kawa Ghairahu 10/155, dan Muslim kitab Al-Imaan / Bab Ad-Dalil 'ala Dukhul Thawaif minal Muslimin Al-Jannah bighairihi Hisab walaa 'adzab 1/199 —

Tidak ada komentar:

Posting Komentar