Oleh : Abu Ayaz di Salaf on Facebook
Sumber : Syaikh Masyhur bin Hasan Salman
Lailatul Qadar adalah amalan yang sangat agung dalam hati kaum
mukminin. Malam yang sangat ditunggu kehadirannya demi menambah bekal
menghadap Ilahi. Sehingga seakan tidak masuk akal, ada sebagian kaum
muslimin yang sengaja melakukan kesalahan-kesalahan di malam itu. Namun
kenapa kekeliruan-kekeliruan itu sering dan terjadi dan berulang?
Tuduhan sengaja pasti ditampik oleh para pelaku. Lalu kenapa? Faktor
ketidaktauan serta semangat yang tidak terarah sering menjadi pemicunya.
Oleh karenanya, kami sajikan sebuah karya tulis berisi beberapa
kesalahan yang sering dilakukan oleh sebagian kaum muslimin berkaitan
dengan Lailatul Qadar. Makalah ini, kami terjemahkan dari Al-Ashaalah,
Edisi 3/15 Sya’ban 1413H hlm.76-78. Semoga bermanfaat dan menjadi
pengingat bagi kami serta segenap kaum muslimin (Redaksi)
Banyak kesalahan-kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh sebagian kaum muslimin dalam masalah puasa dan shalat tarawih; baik
dalam masalah keyakinan, hukum atau praktek. Diantara kesalahan ini,
ada yang khusus berkaitan dengan lailatul qadar. Kesalahan ini kami bagi
menjadi dua bagian.
Pertama : Salah Duga dan Keyakinan
Misalnya:
1. Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu memiliki beberapa
tanda yang dapat dilihat oleh sebagian orang. Lalu mereka ini
merangkai cerita-cerita khurafat dan khayalan. Mereka mengaku melihat
cahaya dari langit atau dibukakan pintu langit dan lain sebagainya. Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari 4/266, menyebutkan bahwa hikmah
disembunyikannya lailatul qadar, ialah agar ada upaya keras untuk
mencarinya. Berbeda jika lailatul qadar tersebut ditentukan, maka mereka
akan bersungguh-sungguh hanya pada malam itu saja. Kemudian Ibnu Hajar
menukil pendapat Imama ath-Thabari yang memilih pendapat yang
menyatakan bahwa semua tanda itu bukan merupakan suatu keharusan.
Kehadiran lailatul qadar tidak mesti ditandai dengan melihat atau
mendengar sesuatu.Ath-Thabari mengatakan,”Dalam hal dirahasiakannya
lailatul qadar, terdapat bukti kebohongan orang yang beranggapan, bahwa
pada malam itu mata akan melihat sesuatu yang tidak pernah terlihat
sepanjang tahun. Jika pernyataan itu benar, tentu lailatul qadar itu
akan tampak bagi setiap orang yang menghidupkan malma-malam selama
setahun, utamanya malam-malam Ramadhan.”
2. Perkataan sebagian
orang, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada
lagi,pent). Al-Mutawalli, seorang tokoh madzhab Syafi’i dalam kitab
at-Tatimmah telah menceritakan pernyataan itu dari kaum Rafidhah
(Syiah). Sementara al Fakihani dalam Syarhul Umdah telah menceritakan,
bahwasanya pendapat ini berasal dari madzhab Hanafiyah.Ini adalah sebuah
kesalahan fatal. Pendapat ini berangkat dari salah memahami sabda
Rasulullah, ketika ada dua orang yang saling mengutuk pada lailatul
qadar:
“Sesungguhnya lailatul qadar itu sudah terangkat.”
Menjadikan kalimat ini sebagai dalil yang menunjukkan lailatul qadar itu sudah terangkat, terbantah dari dua segi:
Para ulama mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan “terangkat”, yaitu
terangkat dari hatiku, sehingga aku lupa waktu pastinya;karena sibuk
dengan dua orang yang bertengkar ini. Ada juga yang mengatakan bahwa
maksud “terangkat”, dalam hadits itu adalah barakahnya diangkat
(dihapus) pada tahun itu,bukan lailatul qadarnya yang diangkat. Ini
ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan oleh Abdur Razzaq dalam
Mushannaf-nya 4/252, dari Abdullah bin Yahnus, dia berkata,”Aku berkata
dari Abu Hurairah,’Mereka menyangka bahwa lailatul qadar sudah
diangkat’,” Abu Hurairah berkata,”Orang yang mengatakannya itu telah
berbuat bohong.”
Keumuman hadits yang berisi motivasi untuk
menghidupkan lailatul qadar dan juga yang berisi penjelasan tentang
keutamaannya. Seperti hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan
lainnya, Nabi bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ اْلقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَلَهُ مَاتَقَدٌَمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena iman dan karena
mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat.”
Imam Nawawi mengatakan,”Ketahuilah, bahwa lailatul qadar itu ada. Dan
lailatul qadar itu terlihat, telah dibuktikan oleh manusia yang
dikehendaki Alloh setiap tahun pada bulan Ramadhan, sebagaimana telah
jelas melalui hadits-hadits ini, dan melalui berita-berita orang shalih.
Bukti bahwa orang-orang shalih itu melihat sangat banyak, tidak bisa
dihitung.”
Saya (Syaikh Masyhur) mengatakan: Ya, ada
kemungkinan lailatul qadar itu bisa diketahui. Banyak tanda yang telah
dipaparkan oleh Nabi yang menunjukkan bahwa lailatul qadar itu adalah
salah satu malam diantara malam-malam bulan Ramadhan. Mungkin ini yang
maksud perkataan Aisyah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya:
قُلْتُ ياَ رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيٌُ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُوْلُ فِيهَا
“Aku berkata,’Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui malam itu (sebagai) lailatul qadar, apa yang kuucapkan pada malam itu?”
Dalam hadits ini-sebagaimana dikatakan Imam Syaukani dalam Nailul
Authar 3/303-terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ada kemungkinan
lailatul qadar itu bisa diketahui dan (juga dalil yang menunjukkan,pent)
lailatul qadar itu tetap ada.
Az-Zurqani dalam syarah
Muwaththa’ 2/491 mengatakan,”Barangsiapa yang menyangka, bahwa kalimat
rufi’at dalam hadits diatas bermakna keberadaan lailatul qadar sudah
diangkat, berarti dia keliru. Jika benar seperti itu, tentulah kaum
muslimin tidak akan diperintahkan untuk mencarinya. Ini dikuatkan dengan
kelanjutan hadits:
عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًالَكُمْ
“Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent)[1] menjadi lebih baik bagi kalian.”
Karena dengan dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, menyebabkan
manusia tertuntut untuk melaksanakan qiyamul lail selama satu bulan
penuh, berbeda jika waktu pastinya masih diketahui dengan jelas.
Kesimpulannya : Lailatul qadar itu masih tetap ada sampai hari Kiamat.
Sekalipun waktu kejadiannya tidak bisa dipastikan. Meski pendapat yang
rajah (terkuat) menyatakan bahwa lailatul qadar ada pada sepuluh malam
terakhir bulan Ramadhan dan dalil-dalil juag menguatkan bahwa dia ada
pada malam keduapuluh tujuh, namun memastikannya dengan penuh keyakinan
merupakan perkara sulit. Allahu a’lam
Kedua : Kesalahan-Kesalahan Dalam Amal Perbuatan dan Tingkah Laku
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadar itu
banyak sekali, jarang yang bisa selamat, kecuali yang dipelihara Alloh.
Diantaranya kesalahan-kesalahan itu:
1. Sibuk mencari dan
menyelidiki keberadaannya. Sibuk mengamati tanda-tanda lailatul qadar,
sehingga meninggalkan ibadah ataupun perbuatan taat pada malam itu.
Betapa banyak orang-orang lupa membaca al-Qur’an, dzikir dan lupa
mencari ilmu karena sibuk mengamati tanda-tanda lailatul qadar.
Menjelang matahari terbit, terkadang kita dapati ada yang sibuk
memperhatikan dan mengamati matahari untuk mencari tahu, apakah sinar
matahari pagi ini terik ataukah tidak? Mestinya, orang-orang ini
memperhatikan pesan Rasulullah dalam sabda
beliau:“Semoga(dirahasiakannya
waktu lailatul qadar itu, pent) menjadi lebih baik bagi kalian.”
Dalam hadits ini terdapat isyarat, bahwa malam itu tidak ditentukan
waktu pastinya. Dari sabda Rasulullah ini, para Ulama menyimpulkan
bahwa dirahasikannya waktu lailatul qadar itu lebih baik. Mereka
mengatakan,”Hikmahnya, agar manusia bersungguh-sungguh dan memperbanyak
amal pada seluruh malam dengan harapan ada yang bertepatan dengan
lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qadar itu telah dipastikan
waktunya,maka tentu kesungguhan dalam beramal hanya akan ada dan dipompa
pada satu malam itu saja. Akibatnya,kesempatan beribadah pada
malam-malam lainnya akan berlalu begitu saja atau minimal amal ibadahnya
menurun. Bahkan sebagian Ulama mengambil satu faidah dari sabda Nabi
diatas, yaitu sebiaknya orang yang mengetahui lailatul qadar itu
menyembunyikannya karena Alloh telah mentaqdirkan pada Nabi-Nya untuk
tidak memberitahukannya. Dan semua kebaikan ada pada sesuatu yang telah
ditaqdirkan bagi Nabi. Sehingga kita disunnahkan untuk mengikutinya.
Dari uraian diatas, dapat diketahui kekeliruan sebagian orang yang
giat beribadah, khususnya qiyamul lail, atau ibadah secara umum pada
malam kedua puluh tujuh, dengan memastikan atau seakan memastikan, malam
itu adalah lailatul qadar. Selanjutnya mereka meninggalkan qiyamul lail
dan tidak lagi bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan pada
malam-malam lainnya, karena mengira dengan mengidupkan malam ini (malam
keduapuluh tujuh,pennt), mereka telah mendapatkan pahala ibadah yang
lebih baik dari ibadah seribu bulan.
Persepsi yang keliru ini
menggiring banyak orang untuk berlebih-lebihan dalam melakukan ketaatan
pada malam ini. Diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak
henti-hentinya shalat disamping memaksakan diri tidak tidur.
Ada juga yang shalat dan memperpanjang waktu berdirinya, padahal sedang
berjuang keras melawan kantuk, sehingga ada diantara mereka yang
tertidur dalam sujudnya. Dalam kasus ini, satu sisi merupakan
pelanggaran terhadap petunjuk Rasulullah yang melarang kita melakukan
hal itu. Pada sisi lainnya, itu merupakan beban dan belenggu yang telah
dihilangkan dari kita-berkat karunia dan nikmat-Nya.
2.
Diantara kesalahan sebagian kaum muslimin pada malam ini, yaitu sibuk
mengatur acara, menyampaikan ceramah. Sebagian lagi sibuk dengan
nasyid-nasyid dan nyanyian puji-pujian, sehingga meninggalkan perbuatan
taat. Anda bisa saksikan, ada orang yang begitu bersemangat, berkeliling
ke masjid-masjid dengan menyampaikan berita terkini, serta bagaimana
upaya pemecahannya. Itu dilakukan hingga menyebabkan pemanfaatan malam
itu tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan syariat.
3.
Diantara kekeliruan sebagian kaum muslimin yaitu mengerjakan ibadah
khusus pada malam itu seperti shalat khusus lailatul qadar. Sebagian
lagi senantiasa mengerjakan shalat Tasbih secara berjamaah padahal tidak
ada dalilnya. Sebagian lagi melaksanakan shalat hifzhul Qur’an, padahal
tidak ada dasarnya.
Pelanggaran-pelanggaran dan kekeliruan
yang berkaitan dengan lailatul qadar-yang dilakukan oleh sebagian kaum
muslimin-sangat banyak dan beragam.Kalau kita teliti dan bahas tuntas,
tentu pembicaraan ini akan menjadi panjang. Apa yang kami sampaikan
disini, baru sebagian kecil saja, semoga bermanfaat bagi penuntut ilmu,
pendamba kebenaran dan pencari al haq.
[Disalin dari Majalah As Sunnah Edisi Khusus No.04-05 /Th.XIV, Ramadhan-syawal 1431H/Agustus-September 2010M]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar