Oleh Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny di Salaf on facebook
Khutbah Jumat
”Seruan Untuk Bertakwa dan Mati Dalam Keadaan Islam”
Khutbah 1 :
بسم اللّه الرّ حمن الرّ حيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذبالله من شرورأنفسنا وسيـات
أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله ألا
الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداعبده ورسوله :
اللهم صل وسلم على محمد وعلى اله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين .
يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته , ولا تـموتن إلا وأنتم مسلمون .
يأيها الناس اتقوا ربكم الذين خلقكم من نفس وحدة وخلق منها زوجها وبث
منها رجالا كثيرا ونسآء , واتقوا الله الذى تسآءلون به والأرحام , إن الله
كان عليكم رقيبا .
يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديد , يصلح لكم أعملكم ويغفر لكم ذنوبكم , ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما .
فإن أصدق الـحديث كتاب الله , وخير الـهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم
وشر الأمور محدثاتـها , وكل مـحدثة بدعة , وكل بدعة ضلالة , وكل ضلالة في
النار . أما بعد :
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman didalam al-Quran surat Ali Imran ayat 102. Firman-Nya :
يـأيّــها الّذين ءامنوا اتّقوا الله حقّ تقاته , ولا تـموتنّ إلاّ وأنتم مّسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar – benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati,
melainkan dalam keadaan (beragama) Islam.” [Q.S 3 : Ali Imran ayat 102]
Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ayat ini berisi seruan dua perintah besar yang hanya bisa
dilaksanakan oleh hamba-hamba Nya yang beriman saja. Yaitu para hamba
Allah yang membenarkan ketuhanan Nya dengan sebenar – benarnya. Dan
kedua perintah itu, tidak lain adalah perintah untuk bertakwa kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala dan mati dalam keadaan sebagai seorang muslim.
Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Perlu diketahui bahwa perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala yang ditunjukkan kepada orang – orang yang beriman didalam
al-Quran terdapat dalam puluhan ayat. Namun, pada ayat ini perintah
tersebut datang dalam bentuk lebih tegas lagi yakni “Sebenar – benar
takwa kepada-Nya”. Hal inilah yang membuat para ulama bingung. Karena,
perintah ini tidaklah mungkin dapat dilaksanakan oleh seorang hamba.
Bahkan, seandainya seorang hamba memfokuskan dirinya dan waktunya dalam
ketakwaan kepada Allah, hal itu masih belum cukup untuk mewujudkan
perintah tersebut yakni sebenar-benar takwa terhadap Allah Yang Maha
Pencipta, Yang menjadikan sesuatu dengan berkata : “Jadilah, maka
jadilah”, Yang menggenggam seluruh langit dan bumi pada hari kiamat,
Yang menghidupan dan mematikan, Yang memuliakan dan menghinakan dan Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu.
Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ulama dari kalangan terdahulu (generasi salafus sholeh) menafsirkan
kalimat “Sebenar – benar takwa kepada-Nya” adalah dengan senantiasa
mengingat Allah tanpa melupakan-Nya, selalu taat kepada-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, senantiasa bersyukur kepada-Nya dan menjauhi kufur
(Ingkar nikmat).
Inilah makna bertakwa dengan sebenar – benar takwa kepada-Nya, dan
ini merupakan suatu yang sangat sulit bagi seorang hamba. Akan tetapi
perlu kita ketahui, bahwa seorang hamba yang bertekad kuat didalam
dirinya untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sebenar –
benarnya takwa, niscaya Allah tidak akan menyia-nyiakan dan Allah akan
membantu dia dalam melaksanakan nya, tentu sesuai dengan kemampuan nya.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupan mu.” [Q.S At-Taghabun ayat 16]
Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketakwaan kepada Allah itu harus
diwujudkan dengan mentaati-Nya, mematuhi Rasul-Nya, melaksanakan semua
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Namun perlu di ingat, bahwa ketaatan itu harus didasari dengan
pengetahuan tentang perintah dan larangan tersebut dan petunjuk
pelaksanaan nya. Inilah yang kemudian menuntut (mengharuskan) seorang
mukmin (yang beriman) untuk terus menggali ilmu pengetahui tentang
bagaimana mengenal Allah, asma (nama) dan sifat-Nya dan seterusnya.
Karena, dengan mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, akan mampu
menumbuhkan kecintaat dan rasa takut kepada-nya. Juga dengan mengetahui
perintah dan larangan-Nya, seorang hamba akan terdorong untuk menyukai
apa – apa yang disukai oleh Allah dan membenci apa – apa yang dibenci
oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengan ketakwaan inilah, seseorang hamba akan termasuk kedalam
golongan para kekasih Allah yaitu mereka yang akan meraih keberuntungan
didunia dan diakhirat. Dan inilah yang menjadi harapan setiap hamba yang
beriman.
Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Pada ayat selanjutnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan Islam.” [Q.S Ali Imran ayat 102]
Setelah Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan para hamba-Nya yang
beriman untuk bertawa kepada-Nya dengan sebenar – benar takwa, maka pada
sambungan ayat berikutnya, Allah Subhanahu wa ta’ala melarang orang –
orang beriman meninggal dunia dalam keadaan kafir, baik sebagai pemeluk
Yahudi, Nasrani atau agama – agama yang lain nya.
Timbul sebuah pertanyaan : “Mungkinkah seorang hamba mampu
mempertahankan dirinya agar tetap beriman (sebagai muslim) sampai
matinya?”
Jawaban nya adalah : “Setiap hamba harus memasrahkan diri sepenuhnya
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan kata lain, ia harus berusaha
keras untuk tidak merubah keyakinan dan keimanan nya, serta senantiasa
berusaha untuk melakukan ketaatan dan mengharap keridhaan Allah dalam
kondisi bagaimanapun. Singkatnya, ia harus senantiasa komitmen dengan
keimanan nya terhadap Islam. Dengan cara itulah, -insya Allah- seorang
hamba akan meninggal dunia dalam keadaan muslim.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa kunci sukses agar meninggal dunia
dalam keadaan islam adalah dengan berkomitmen untuk senantiasa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, serta tidak pernah henti – hentinya
mengharapkan kepada Allah agar meninggal dunia dalam keadaan memeluk
agama Islam.
Dan patut dicatat, bahwa keimanan yang benar lagi kokoh akan membuat
seseorang rela dibunuh, disalib, dibakar dan dicabik-cabik tubuhnya
daripada dia harus memilih kekafiran.
Maka dari itu, marilah kita lanjutkan perjalanan takwa kita ini
hingga sampai disisi Allah kelak. Insya Allah, kita nanti akan sama-sama
meninggal dalam keadaan Islam.
أقول ماتسمعون وأستغفر الله لي ولكم ولسائر الـمسلمين فاستغفروه إنّه هو الغفور الرّحيم
---oOo---
Khutbah 2 :
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذبالله من شرورأنفسنا وسيـات
أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله ألا
الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداعبده ورسوله :
اللّهمّ صلــّى على مـحمّد وعلى آل مـحمّد , كماصلّيت على إبرهيم وعلى
آل إبرهيم إنّك حـميد مـجيد . اللّهمّ بارك على مـحمّد وعلى آل مـحمّد ,
كما باركت على إبرهيم وعلى آل إبرهيم إنّك حـميد مـجيد .
ربّنا لا تؤاخذنآ إن نّسينآ أو أخطأنا , ربّنا ولا تـحمل علينآ إصرا كما
حـملته على الّذين من قبلنا , ربّنا ولا تـحملنا مالا طاقة لنابه , واعف
عنّا واغفر لنا وارحمنآ , أنت مولىنا وانصرنا على القوم الكفيرين .
والـحمد لله ربّ العالـمين . وأقم الصّلاة .
[Materi khutbah ini diambil dari kitab Nida’atu ar-Rahman li Ahli al-Iman karya Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi rahimahullah – Seruan Untuk Bertakwa dan Mati Dalam Keadaan Islam]
Disalin, ditulis, diringkas dalam bentuk khutbah pada :
Jambi, 8 Rabi’ul Akhir 1433 H / 2 Maret 2012 M
Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Rani al-Mirluny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar