Minggu, 01 Juli 2012

Khutbah Jumat 1 - Bertakwalah dan Matilah dalam keadaan Islam

Oleh Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny di Salaf on facebook 

Khutbah Jumat
”Seruan Untuk Bertakwa dan Mati Dalam Keadaan Islam”

Khutbah 1 :
بسم اللّه الرّ حمن الرّ حيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذبالله من شرورأنفسنا وسيـات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله ألا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداعبده ورسوله :
اللهم صل وسلم على محمد وعلى اله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين .
يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته , ولا تـموتن إلا وأنتم مسلمون .
يأيها الناس اتقوا ربكم الذين خلقكم من نفس وحدة وخلق منها زوجها وبث منها رجالا كثيرا ونسآء , واتقوا الله الذى تسآءلون به والأرحام , إن الله كان عليكم رقيبا .
يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديد , يصلح لكم أعملكم ويغفر لكم ذنوبكم , ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما .
فإن أصدق الـحديث كتاب الله , وخير الـهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتـها , وكل مـحدثة بدعة , وكل بدعة ضلالة , وكل ضلالة في النار . أما بعد :

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman didalam al-Quran surat Ali Imran ayat 102. Firman-Nya :
يـأيّــها الّذين ءامنوا اتّقوا الله حقّ تقاته , ولا تـموتنّ إلاّ وأنتم مّسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar – benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan (beragama) Islam.” [Q.S 3 : Ali Imran ayat 102]

Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ayat ini berisi seruan dua perintah besar yang hanya bisa dilaksanakan oleh hamba-hamba Nya yang beriman saja. Yaitu para hamba Allah yang membenarkan ketuhanan Nya dengan sebenar – benarnya. Dan kedua perintah itu, tidak lain adalah perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mati dalam keadaan sebagai seorang muslim.

Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Perlu diketahui bahwa perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang ditunjukkan kepada orang – orang yang beriman didalam al-Quran terdapat dalam puluhan ayat. Namun, pada ayat ini perintah tersebut datang dalam bentuk lebih tegas lagi yakni “Sebenar – benar takwa kepada-Nya”. Hal inilah yang membuat para ulama bingung. Karena, perintah ini tidaklah mungkin dapat dilaksanakan oleh seorang hamba. Bahkan, seandainya seorang hamba memfokuskan dirinya dan waktunya dalam ketakwaan kepada Allah, hal itu masih belum cukup untuk mewujudkan perintah tersebut yakni sebenar-benar takwa terhadap Allah Yang Maha Pencipta, Yang menjadikan sesuatu dengan berkata : “Jadilah, maka jadilah”, Yang menggenggam seluruh langit dan bumi pada hari kiamat, Yang menghidupan dan mematikan, Yang memuliakan dan menghinakan dan Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ulama dari kalangan terdahulu (generasi salafus sholeh) menafsirkan kalimat “Sebenar – benar takwa kepada-Nya” adalah dengan senantiasa mengingat Allah tanpa melupakan-Nya, selalu taat kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya, senantiasa bersyukur kepada-Nya dan menjauhi kufur (Ingkar nikmat).
Inilah makna bertakwa dengan sebenar – benar takwa kepada-Nya, dan ini merupakan suatu yang sangat sulit bagi seorang hamba. Akan tetapi perlu kita ketahui, bahwa seorang hamba yang bertekad kuat didalam dirinya untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sebenar – benarnya takwa, niscaya Allah tidak akan menyia-nyiakan dan Allah akan membantu dia dalam melaksanakan nya, tentu sesuai dengan kemampuan nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupan mu.” [Q.S At-Taghabun ayat 16]

Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketakwaan kepada Allah itu harus diwujudkan dengan mentaati-Nya, mematuhi Rasul-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Namun perlu di ingat, bahwa ketaatan itu harus didasari dengan pengetahuan tentang perintah dan larangan tersebut dan petunjuk pelaksanaan nya. Inilah yang kemudian menuntut (mengharuskan) seorang mukmin (yang beriman) untuk terus menggali ilmu pengetahui tentang bagaimana mengenal Allah, asma (nama) dan sifat-Nya dan seterusnya. Karena, dengan mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, akan mampu menumbuhkan kecintaat dan rasa takut kepada-nya. Juga dengan mengetahui perintah dan larangan-Nya, seorang hamba akan terdorong untuk menyukai apa – apa yang disukai oleh Allah dan membenci apa – apa yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengan ketakwaan inilah, seseorang hamba akan termasuk kedalam golongan para kekasih Allah yaitu mereka yang akan meraih keberuntungan didunia dan diakhirat. Dan inilah yang menjadi harapan setiap hamba yang beriman.

Saudara ku, Jamaah Sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Pada ayat selanjutnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan Islam.” [Q.S Ali Imran ayat 102]
Setelah Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan para hamba-Nya yang beriman untuk bertawa kepada-Nya dengan sebenar – benar takwa, maka pada sambungan ayat berikutnya, Allah Subhanahu wa ta’ala melarang orang – orang beriman meninggal dunia dalam keadaan kafir, baik sebagai pemeluk Yahudi, Nasrani atau agama – agama yang lain nya.

Timbul sebuah pertanyaan : “Mungkinkah seorang hamba mampu mempertahankan dirinya agar tetap beriman (sebagai muslim) sampai matinya?”
Jawaban nya adalah : “Setiap hamba harus memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan kata lain, ia harus berusaha keras untuk tidak merubah keyakinan dan keimanan nya, serta senantiasa berusaha untuk melakukan ketaatan dan mengharap keridhaan Allah dalam kondisi bagaimanapun. Singkatnya, ia harus senantiasa komitmen dengan keimanan nya terhadap Islam. Dengan cara itulah, -insya Allah- seorang hamba akan meninggal dunia dalam keadaan muslim.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa kunci sukses agar meninggal dunia dalam keadaan islam adalah dengan berkomitmen untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta tidak pernah henti – hentinya mengharapkan kepada Allah agar meninggal dunia dalam keadaan memeluk agama Islam.

Dan patut dicatat, bahwa keimanan yang benar lagi kokoh akan membuat seseorang rela dibunuh, disalib, dibakar dan dicabik-cabik tubuhnya daripada dia harus memilih kekafiran.

Maka dari itu, marilah kita lanjutkan perjalanan takwa kita ini hingga sampai disisi Allah kelak. Insya Allah, kita nanti akan sama-sama meninggal dalam keadaan Islam.

أقول ماتسمعون وأستغفر الله لي ولكم ولسائر الـمسلمين فاستغفروه إنّه هو الغفور الرّحيم
---oOo---

Khutbah 2 :

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذبالله من شرورأنفسنا وسيـات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله ألا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداعبده ورسوله :
اللّهمّ صلــّى على مـحمّد وعلى آل مـحمّد , كماصلّيت على إبرهيم وعلى آل إبرهيم إنّك حـميد مـجيد . اللّهمّ بارك على مـحمّد وعلى آل مـحمّد , كما باركت على إبرهيم وعلى آل إبرهيم إنّك حـميد مـجيد .
ربّنا لا تؤاخذنآ إن نّسينآ أو أخطأنا , ربّنا ولا تـحمل علينآ إصرا كما حـملته على الّذين من قبلنا , ربّنا ولا تـحملنا مالا طاقة لنابه , واعف عنّا واغفر لنا وارحمنآ , أنت مولىنا وانصرنا على القوم الكفيرين .
والـحمد لله ربّ العالـمين . وأقم الصّلاة .

[Materi khutbah ini diambil dari kitab Nida’atu ar-Rahman li Ahli al-Iman karya Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi rahimahullah – Seruan Untuk Bertakwa dan Mati Dalam Keadaan Islam]

Disalin, ditulis, diringkas dalam bentuk khutbah pada :
Jambi, 8 Rabi’ul Akhir 1433 H / 2 Maret 2012 M
Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Rani al-Mirluny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar