Al Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizahullohu
Khotbah
artinya berpidato atau berceramah atau muhadharah. Sedangkan hajat
artinya keperluan. Menurut syara' (agama) yang dimaksud dengan
khotbatul hajat ialah pembukaan atau awal pembicaraan dengan lisan atau
tulisan yang dimulai dengan pujian-pujian dan sanjungan kepada ALLOH
serta membaca tasyahud (dua kalimat syahadat). Untuk keperluan (hajat)
seperti berkhotbah Jum'at, khotbah nikah, bertabligh, muhaadharah,
mengajar, memberi kulian dan menulis dan lain-lain
Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam selalu memulai khotbahnya dengan
mengucap puji-pujian kepada ALLOH serta bertasyahud sebagaimana telah
diriwayatkan oleh jama'ah para Shahabat. Dan di bawah ini saya
tutunkan beberapa riwayatnya:
1. Dari Asma' binti Abu Bakar, dia
menceritakan, "..lalu Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam menuji ALLOH
dan menyanjung-Nya kemudian beliau berkata: amma ba'du…" (HR. Bukhari,
Shohih Bukhari juz 1 hal.29 & 221)
2. Dari Amr bin Taghlib (lafadznya sama dengan riwayat Asma' di atas) (HR.Bukhari, shohih, juz 1 hal.222).
3.
Dari Aisyah, dia menceritakan, "…maka ketika beliau (Nabi) telah
selesai sholat shubuh beliau menghadap kepada manusia (yakni para
Shahabat), lalu beliau bertasyahud kemudian beliau berkata: amma
ba'du)." (HR.Bukhari, shohih, juz 1 hal. 222).
Penjelasan:
"menghadap
kepada manusia (yakni para Shahabat)", yakni beliau menghadapkan
wajahnya kepada para Shahabat apabila telah selesai sholat. Dan beliau
tidak tetap duduk menghadap ke kiblat membelakangi makmum sebagaimana
kebanyakan imam-imam sholat. Jelas perbuatan ini selain menyalahi
sunnah juga disifatkan sebagai sombong. Karena imam itu mempunyai hak
membelakangi makmum ketika dia sebagai imam sholat, maka apabila
sholat jama'ah telah selesai, hendaklah dia menghadapkan wajahnya
kepada makmum. Oleh karena itu, menurut sunnah Nabi Shollallohu
'Alaihi Wa Sallam apabila imam telah salam tanda selesai sholat, dia
tidak duduk menghadap ke kiblat dengan membelakangi makmum kecuali
sekedar membaca istighfar 3x dan Allohumma antas salam 1x kemudian dia
segera menghadapkan wajahnya dan badannya kepada makmum. Setelah itu
boleh dia tetap duduk menghadap makmum untuk melanjutkan dzikirnya atau
dua langsung berdiri pergi atau pindah. Dalilnya hadits di atas
bersama hadits shohih yang lain (lihat masalah 11 hadits no.8 -Al
Masa'il Jilid 1-red). Satu lagi kesalahan, yang saya maksud kesalahan
di dalam memahami hadits-hadits di dalam bab ini. Yaitu, sebagian imam
di antaranya ikhwan kita, apabila telah salam dia tidak membelakangi
makmum dan tidak juga menghadap kepada makmum dengan sempurna. Akan
tetapi dia duduk menyamping ke sebelah kanan atau ke sebelah kiri
menghadapkan pipinya kepada makmum!? (Insya ALLOH masalah 11 akan
disarikan dalam blog ini -red).
"bertasyahud", Tasyahud artinya mengucapkan dua kalimat syahadat yakni kepada ALLOH dan RosulNya.
4.
Dari Abu Humaid As Saa'idiy, dia menceritakan, "Bahwasannya
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam pernah berdiri (khotbah)
diwaktu petang sesudah sholat (ashar). Lalu beliau bertasyahud dan
menyanjung (memuji-muji) kepada ALLOH yang memang Dia-lah pemiliknya.
Kemudian beliau berkata: amma ba'du…" (HR. Bukhari, shohih, juz 1 hal.
222).
Penjelasan:
"Dia-lah pemiliknya", yakni ALLOH-lah
yang berhak memiliki puji-pujian di dunia dan di akhirat. Bacalah
keterangan Ibnu Katsir di muqoddimah tafsirnya dan Syanqitiy di
tafsirnya Adhwaa-ul Bayan ketika menafsirkan ayat Alhamdulillah… surat
Al Fatihah.
5. Dari Miswar bin Makhramah (lafadznya semakna dengan riwayat Aisyah dan Abu Humaid) (HR. Bukhari, shohih, juz 1 hal.222).
6.
Dari Ibnu Abbas, dia menceritakan, "Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa
Sallam pernah naik ke atas mimbar, lalu beliau memuji ALLOH dan
menyanjung-Nya kemudian beliau berkata: amma ba'du…" (HR. Bukhari,
shohih, juz 1 hal. 223).
7. Dari Jabir bin Abdullah, dia menceritakan, "Kemudian beliau (Nabi) berkata,
فَأِنّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ
مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
"Amma ba'du, maka sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah Kitabulloh dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad. Dan seburuk-buruk/sejelek-jelek urusan
adalah yang muhdats dan setiap bid'ah itu adalah sesat." (HR.Muslim
(3/11), An Nasa'i (3/118-189/no. 1578), Ibnu Majah (no.45), Ahmad
(3/310-311 dan 319/371) dengan sanad shohih. Lafadz hadits dari
riwayat Muslim).
Penjelasan:
Petunjuk Muhammad yakni sunnah beliau Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam
Sejelek-jelek
urusan (al ummur), al ummur bentuk jamak dari al amr yang saya
terjemahkan dengan urusan atau perkara. Yang dimaksud ialah urusan
agama bukan keduniaan karena bid'ah ini terbatas hanya pada
urusan-urusan agama.
Muhdats artinya yang baru. Yakni sesuatu yang baru dari urusan-urusan Agama yang sama sekali tidak ada sunnahnya.
Bid'ah
menurut bahasa ialah "sesuatu yang baru yang tidak ada contoh
sebelumnya." Sedangkan menurut syari'at, bid'ah itu artinya "Sesuatu
yang baru, yang diada-adakan atau diciptakan oleh manusia di dalam
urusan agama kemudian dijadikan sebagai satu cara atau jalan untuk
mendekatkan diri kepada ALLOH." Ringkasnya bid'ah itu ialah segala
sesuatu yang menyalahi sunnah. Maka setiap yang dianggap ibadah yang
menyalahi sunnah atau tidak ada sunnahnya maka itulah bid'ah. Karena
bid'ah itu adalah lawan dari sunnah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.
Bagi siapa yang ingin mengetahui leih dalam lagi masalah bid'ah ini
bacalah kitab Al I'tisham oleh Imam Asy Syatibhi. Kitab Ilmu Ushul Bida'
oleh Syaikh Ali Hasan. Kitab Al Iqtidla Shiratal Mustaqim oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Catatan Redaksi:
Teks hadits
(bahasa arab) yang digunakan oleh redaksi di sini adalah Fainna
ashdaqol, adapun lafadz di dalam kitab asli sebagaimana dibawakan oleh
penulis (Al Usdatz Abdul Hakim bin Amir Abdat) adalah Fainna khoirul.
Dan
di dalam riwayat yang lain bagi Imam Muslim: Dari Jabir, dia berkata,
"Biasa Rosululloh shollallohu 'alahi wa sallam (apabila) berkhutbah
kepada manusia beliau (awali) memuji-muji ALLOH dan menyanjung-Nya
yang Dia sebagai pemiliknya kemudian beliau berkata, "(Mayyah di
hillah) Barangsiapa yang ALLOH pimpin dia, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya. Dan barangsiapa yang ALLOH sesatkan dia, maka tidak
ada yang dapat memimpinnya. Dan sebaik-baik perkataan adalah
Kitabulloh…"
Adapun lafadz Imam Nasa'i sebagai berikut: Dari Jabir
bin Abdullah, dia berkata, "Biasa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa
Sallam mengucapkan di dalam khutbahnya beliau memuji-muji ALLOH dan
menyanjung-Nya yang Dia memang sebagai pemiliknya kemudian beliau
berkata, "(Mayyah di hillah): Barangsiapa yang ALLOH pimpin dia, maka
tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang ALLOH
sesatkannya, maka tidak ada yang dapat memimpinnya. Sesungguhnya
sebenar-benar perkataan adalah Kitabulloh dan sebaik-baik pimpinan
adalah pimpinan Muhammad. Dan sejelek-jelek urusan adalah yang muhdats
(yang baru) dan setiap yang muhdats itu adalah bid'ah dan setiap
bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka."
Sedangkan
lafadz Imam Ahmad di dalam salah satu riwayatnya (3/310-311), "Dari
Jabir dia berkata, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam berkhutbah
kepada kami, lalu beliau memuji ALLOH dan menyanjung-Nya yang memang
Dia-lah pemiliknya kemudian beliau berkata,
أَمّا بَعْدُ: فَأِنّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً
Dan di
dalam riwayat yang lain bagi Imam Ahmad (3/319), dari Jabir bin
Abdullah (ia berkata), "Bahwasannya Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa
Sallam biasa mengucapkan di dalam khutbahnya sesudah tasyahud,
"Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabulloh 'Azza Wa Jalla dan
sebaik-baik pimpinan adalah pimpinan Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wa
Sallam dan sejelek-jelek urusan adalah yang muhdats."
Dan di
dalam salah satu riwayat yang lain lagi dari Imam Ahmad (3/371), "Dari
Jabir dia berkata, "Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam berdiri
berkhutbah, lalu beliau (mengawalinya dengan) memuji ALLOH dan
menyanjungnya yang Dia-lah pemiliknya kemudian beliau mengucapkan,
"Barangsiapa yang ALLOH pimpin dia, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya. Dan barangsiapa yang ALLOH sesatkan dia, tidak ada
yang dapat memimpinnya. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah
Kitabulloh dan sebaik-baik pimpinan adalah pimpinan Muhammad dan
sejelek-jelek urusan adalah yang muhdats dan setiap yang muhdats itu
adalah bid'ah."
8. Dari Abu Hurairah, ia berkata, Telah bersabda
Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, "Setiap khutbah yang tidak dimulai
dengan tasyahud, maka khutbah itu seperti tangan yang berpenyakit
kusta/lepra (jadzmaa)." (HSR. Abu Daud (no. 4841), Ahmad (2/302 dan
343), Ibnu Hibban (no.1994 -mawarid-) dan Tirmidzi dan lain-lain).
Al
Jadzmaa' artinya terpotong/terputus, yang putus dengan cepat.
Maksudnya, bahwa setiap khutbah yang tidak dimulai dengan pujian dan
sanjungan kepada ALLOH, maka dia seperti tangan yang terputus dengan
cepat yang tidak menghasilkan faidah. Demikian keterangan Imam
al-Munawiy di dikitabnya Fathul Qodir Syarah Jaami-ush Shaghir. Kemudian
beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tasyahud ialah
syahadatain (mengucapkan dua kalimat syahadat). Berkata Al Qaadli (yakni
Al Qaadli 'Iyaadl), "Asal tasyahud itu mengucapkan syahadat. Kemudian
di luaskan dan terpakai pada setiap sanjungan kepada ALLOH Ta'ala dan
pujian kepada-Nya."
Menurut Syaikh Al Albani bahwa yang
dimaksud dengan tasyahud di hadits ini adalah khotbah hajat yang
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkannya kepada
sahabatnya yaitu, "إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ". Kemudian beliau
berkata, "Barangkali inilah yang menjadi sebab atau sekurang-kurangnya
menjadi salah satu sebab dari sekian sebab tidak menghasilkan faidah
dari begitu banyak pelajaran dan kuliah yang diberikan kepada para
pelajar karena tidak dibuka dengan tasyahhud di atas. Dimana Nabi
Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam begitu sangat dalam keinginan beliau
mengajarkannya kepada para sahabatnya."
(Silsilah Shohihah (no.169) oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani)
9. Hadits Ibnu Mas'ud tentang khutbah hajat yang dimaksud,
Dari
Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa
Sallam telah mengajarkan kepada kami tasyahud di dalam sholat dan
tasyahud di dalam hajat (di dalam riwayat yang lain diterangkan,
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada kami
khutbah hajat). Beliau bersabda, "Tasyahud di dalam sholat ,'at
tahiyyaatul lillahi….', sedangkan tasyahud di dalam hajat ialah, 'Innal
hamda lillahi…(di dalam riwayat yang lain lafadznya, 'alhamdulillahi…'
dan di dalam riwayat yang lain lagi lafadznya,
'anilhamdulillahi…..')."
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا
النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ
إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Yang artinya, "Segala
puji bagi ALLOH, kami memuji-Nya dan kami memohon pertolongan
kepada-Nya dan kami memohon ampunan kepada-Nya. Dan kami berlindung
kepada ALLOH dari kejahatan-kejahatan diri kami dan dari
kesalahan-kesalahan perbuatan kami. Barangsiapa yang ALLOH pimpin dia,
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang ALLOH
sesatkan dia, maka tidak ada yang dapat memimpinnya. Dan aku bersaksi
bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah melainkan ALLOH sendiri dan
tidak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu
hamba-Nya dan Rosul-Nya. Kemudian beliau membaca tiga ayat (al
Qur'an): (1). Surat Ali Imran ayat 102, (2). Surat an-Nisaa' atau 1,
(3). Surat al-Ahzab ayat 70-71. "(HSR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu
Majah, Ahmad, Ad Darimi di kitabnya Al-Mushanaf dan Ibnu Abi "Ashim
di kitabnya As Sunnah)
Penjelasan:
'at tahiyyaatul
lillahi….' yakni tahiyat di dalam sholat seperti yang biasa kita baca
sampai syahadatain. Adapun sholawat tidak termasuk di dalam tahiyyat.
('Innal
hamda lillahi…, 'alhamdulillahi…,' 'anilhamdulillahi…..'), kita
boleh memilih salah satu lafadznya, imma dimulai dengan ucapan innal
hamdalillahi atau alhamdulillahi atau anilhamdulillahi. Atau kita
ucapkan bergantian pada waktu yang berbeda untuk mengamalkan semua
lafadz-lafadz awalnya.
Keluasan takrij hadits ini ada di kitab
besar saya yaitu, "Takrij Sunan Abi Daud" (no. 2118). Dan baca juga
kitab-kitab: Fathur Rabbani tartib Musnad Ahmad bin Hambal juz 16 hal
165 oleh Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna. Tuhfatul Ahwadziy syarah
Tirmidzi juz 4 hal 237. Za'adul Ma'ad juz 1 oleh Ibnu Qayyim. Subulus
Salam syarah Bulughul Maram juz 3 hal 112 oleh Imam Ash Shan'ani.
10. Hadits Ibnu Abbas, dia berkata, Telah bersabda Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam,
نّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
(Hadits shohih rowayat Muslim, Ahmad, An Nasa'i, dan Ibnu Majah, dan lain-lain)
Kesimpulan:
Pada pandangan saya -wallohu a'lam-, lafadz khutbatul hajat itu dapat kita baca dengan berbagai macam cara:
Kita baca dengan lafadz Ibnu Mas'ud (no.9) dengan lengkap sekalian membaca ayat-ayatnya.
Seperti
di atas kemudian ditambah (selesai membaca ayat-ayat) dengan membaca
hadits Jabir (no.7): Amma Ba'du, Fainna khairal (atau ashdaqol -red)
hadits….dengan beberapa lafadznya.
Membaca lafadz hadits Ibnu Mas'ud tanpa membaca ayat-ayatnya.
Seperti di atas kemudian ditambah dengan membaca lafadz hadits Jabir di kesimpulan no.2
Atau kita mencukupi dengan membaca lafadz hadits Ibnu Abbas (no. 10)
Sumber:
http://www.assunnah-qatar.com/artikel/ilmu/item/856-khutbah-hajat-1.html
http://www.assunnah-qatar.com/artikel/ilmu/item/855-khutbah-hajat-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar