Senin, 25 Juni 2012

KAIDAH TAUHID ASMA WA SHIFAT : NAMA-NAMA ALLAH ADALAH TAUQIFIYYAH (HARUS ADA DALILNYA)

Oleh Tommi Marsetio di Salaf on facebook 
Berdasarkan kaidah ini, wajib bagi kita mengambil nama-nama Allah hanya dari Al-Qur'an dan Sunnah; tidak boleh menambah atau mengurangi. Karena akal tidak mampu mengetahui nama-nama yang pantas bagi Allah. Berdasarkan firman Allah Ta'ala :
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [QS Al-Isra' : 36]

dan firmanNya :
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". [QS Al-A'raaf : 33]

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata :
Yang dimaksud adalah perbuatan dusta dan hal-hal yang diada-adakan seperti pengakuan bahwa Allah beranak dan lain sebagainya yang kalian tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. [Tafsir Al-Qur'anil 'Azhim, QS Al-A'raaf]

Juga, karena memberikan nama untuk Allah Ta'ala dengan nama yang tidak dia kehendaki atau mengingkari nama yang Dia kehendaki menjadi nama bagiNya adalah satu pelanggaran terhadap hak Allah. Wajiblah bagi kita berlaku sopan kepada Allah. Oleh karena itu, dalam memberikan nama untuk Allah, cukuplah dengan yang ada di dalam nash-nash saja.

Al-Allamah Ibnul Qayyim berkata :
Kemudian perbuatan dosa yang bahayanya besar berikutnya adalah membicarakan tentang Allah tanpa dasar ilmu, baik dalam masalah nama, sifat dan perbuatanNya atau menggambarkan sifat-sifatNya dengan sifat-sifat yang berlawanan dengan yang disebutkan Allah dan RasulNya. Ini lebih bertentangan dan berlawanan dengan hikmah Allah dan mencela rububiyah dan kemuliaan sifatNya, apalagi bila tindakan ini disertai dengan ketidakpahaman ilmu, maka ini jelas lebih jelek dari perbuatan syirik dan lebih besar dosanya di sisi Allah. Karena seorang musyrik yang masih mengakui rububiyah Allah masih lebih baik daripada orang yang menentang rububiyah Allah yang merupakan sifat sempurna Allah. [Al-Jawab Al-Kafi hal. 253-254]

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Al-Qawa'idul Mutsla fi Shifatillah wa Asma'ih Al-Husna
Tahqiq : Abu Muhammad Asyraf Abdil Maqshud
--dengan sedikit tambahan tanpa mengubah esensi judul--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar