KAIDAH TAUHID ASMA WA SHIFAT : NAMA-NAMA ALLAH ADALAH TAUQIFIYYAH (HARUS ADA DALILNYA)
Berdasarkan
kaidah ini, wajib bagi kita mengambil nama-nama Allah hanya dari
Al-Qur'an dan Sunnah; tidak boleh menambah atau mengurangi. Karena akal
tidak mampu mengetahui nama-nama yang pantas bagi Allah. Berdasarkan
firman Allah Ta'ala :
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya. [QS Al-Isra' : 36]
dan firmanNya :
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا
بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى
اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan
perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui". [QS Al-A'raaf : 33]
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata :
Yang dimaksud adalah perbuatan dusta dan hal-hal yang diada-adakan
seperti pengakuan bahwa Allah beranak dan lain sebagainya yang kalian
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. [Tafsir Al-Qur'anil 'Azhim, QS
Al-A'raaf]
Juga, karena memberikan nama untuk Allah Ta'ala
dengan nama yang tidak dia kehendaki atau mengingkari nama yang Dia
kehendaki menjadi nama bagiNya adalah satu pelanggaran terhadap hak
Allah. Wajiblah bagi kita berlaku sopan kepada Allah. Oleh karena itu,
dalam memberikan nama untuk Allah, cukuplah dengan yang ada di dalam
nash-nash saja.
Al-Allamah Ibnul Qayyim berkata :
Kemudian
perbuatan dosa yang bahayanya besar berikutnya adalah membicarakan
tentang Allah tanpa dasar ilmu, baik dalam masalah nama, sifat dan
perbuatanNya atau menggambarkan sifat-sifatNya dengan sifat-sifat yang
berlawanan dengan yang disebutkan Allah dan RasulNya. Ini lebih
bertentangan dan berlawanan dengan hikmah Allah dan mencela rububiyah
dan kemuliaan sifatNya, apalagi bila tindakan ini disertai dengan
ketidakpahaman ilmu, maka ini jelas lebih jelek dari perbuatan syirik
dan lebih besar dosanya di sisi Allah. Karena seorang musyrik yang masih
mengakui rububiyah Allah masih lebih baik daripada orang yang menentang
rububiyah Allah yang merupakan sifat sempurna Allah. [Al-Jawab Al-Kafi
hal. 253-254]
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Al-Qawa'idul Mutsla fi Shifatillah wa Asma'ih Al-Husna
Tahqiq : Abu Muhammad Asyraf Abdil Maqshud
--dengan sedikit tambahan tanpa mengubah esensi judul--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar